Black Light - Eps. 6


Itadakimasu!


Image result for when grim reaper eat

"Wow! Rumahmu besar sekali, sayang" Perempuan berambut pendek sebahu yang mengenakan tas berwarna merah selaras dengan warna sepatu yang di kenakannya itu nampak takjub dengan rumah Jenn.


"Pasti Papa Mama kamu orang hebat, ya?" Sambil berjalan mengikuti langkah Jenn, perempuan itu terus membicarakan banyak hal yang sama sekali tidak terlalu di respon oleh Jenn.


Setelah sampai di kamar tidur Jenn, perempuan itu meminta ijin untuk mandi. Jenn melepas sweater dan baju seragam dibaliknya. Ia merebahkan diri di tempat tidurnya, menunggu perempuan itu menyelesaikan membersihkan diri.


"Makanan yang higienis adalah makanan yang bersih" Gumam Jenn pelan.


=========================oo0oo========================




"Hey, Shinigami..."


Lyl yang sedang bersantai di tempat tidur, menatap ke arah Rue duduk.


"Bagaimana caranya aku mengembangkan kekuatan yang kau tanam padaku?" Tanya Rue serius.


"Pfft..." Lyl mencoba menahan tawanya, tapi dari raut mukanya nampak sekali ekspresi mengoloknya.


Rue sangat kesal melihat mahluk dunia lain dalam bentuk manusia di tempat tidurnya itu. "Shinigami sialan, bicara denganmu tidak pernah ada gunanya.."


"Semua itu tergantung seberapa kuat pikiranmu"


"Jadi maksudmu, kekuatanku berasal dari apa yang kupikirkan?"


"Terserah bagaimana kau mengartikannya, kekuatan manusia yang sesungguhnya itu berasal dari apa yang manusia itu pikirkan. Aku hanya menanam benih weaps yang dimiliki dewa untuk mempercepat dan memperkuatnya saja" Lyl menjelaskan sifat kekuatan yang ada pada manusia.


"Aku masih belum terlalu mengerti, tapi aku sedikit paham maksudmu..."


"Terkadang ada sebagian manusia yang mengembangkan kekuatan pikirannya tanpa bantuan dari dewa, tapi hanya sedikit yang berhasil mencapainya..."


Rue tampak berpikir.


"Aku mau keluar, jangan ikuti aku!"


"Hahahahahahahaha... kau terlalu percaya diri manusia"


Rue berpaling meninggalkan Lyl dikamarnya, entah mau pergi kemana dia malam ini.


"Cassius..."


SSSSHHHHHH... Sekelebat kabut perlahan muncul "Saya tuan..." Jawab Cassius.


"Kau lihat bocah sombong itu? Kurasa dia akan lebih kuat darimu, fufufufu..." Lyl tampak senang, sementara Cassius tidak mengerti tujuan dari shinigami di depannya itu.


"Apakah anak manusia itu sekuat yang tuan bayangkan?"


"Mungkin saja"


"Saya harap anak itu tidak membuat masalah untuk kita kedepannya tuan..."


"Jika memang hal itu terjadi, maka itu semua sudah menjadi tanggung jawab takdir..."


"Ah! Tuan..." Cassius agak tersentak dengan kata-kata Lyl.


"Bahkan keberadaan kita tak ubahnya para manusia, kitapun sudah terikat oleh takdir, dan aku hanya ingin melakukan hal yang sama seperti apa yang takdir lakukan..."


"Saya tidak mengerti tuan"


"Kau selalu saja tidak pernah mengerti Cassius..." Lyl mengeluarkan rokok dari sakunya "...ketika semua mahluk terlahir dari Chaos saat itu juga Aerch menciptakan takdir untuk kita semua termasuk manusia. Semuanya sudah di tentukan oleh Aerch. Meskipun aku bertindak semauku, kau yang selalu ragu dan takut, Lucifer dan kaumnya yang memberontak atau Gaia, Errias, Lusseus dan para dewa lain yang taat akan aturan. Semuanya sudah dikendalikan oleh takdir."


Lyl membakar rokoknya.


"Kau, aku dan semua mahluk di alam semesta ini, apapun yang kulakukan, apapun yang kau takutkan, apapun yang akan terjadi semuanya sudah menjadi tanggung jawab takdir, bahkan jika terjadi sesuatu atau tidak terjadi apapun pada Treseiront, semua itu memang sudah seharusnya."


"Saya benar-benar tidak paham yang tuanku katakan..."


"Hahahahahahahahaha... Aku lupa, otakmu berupa asap"


Cassius makin bingung.


"Bagaimana dengan anak manusia itu tuan?"


Hahahahahahahahahahahahahahaha... Lyl tertawa lebih keras membuat Cassius mungkin akan menggaruk kepalanya jika ia adalah seorang manusia.


"Terkadang, aku merasa akulah yang bodoh ketika berbicara denganmu, hahahahahahahaha..." Lyl menertawakan kebodohannya setiap kali menyadari, berbicara serius dengan Cassius adalah hal sia-sia karena Cassius susah menangkap apa yang dia katakan.


"Tuan..."


"Biarkan saja bocah itu, seperti yang kau tau aku hanya ingin mencegah dua bersaudara (Lusseus dan Errias) dengan wajah cantiknya itu berlebihan mengembang-biakkan populasi manusia"


"Tapi bagaimana jika bocah itu..."


"Biarkan saja" Lyl memotong perkataan Cassius. "Seperti yang ku katakann tadi, jika terjadi sesuatu atau tidak pada Treseiront itu memang sudah seharusnya"


Cassius diam. Dia jelas masih tidak paham dan tidak mengerti tindakan Shinigami yang ada di depannya.


"Aaah...Rokok di dunia manusia tidak enak.." Lyl menghembuskan asap rokok dan membuang puntungnya begitu saja.



Dari atap sebuah gedung sesosok bayangan hitam tampak terduduk menatap lalu lalang kendaraan dibawahnya.
"Bagaimana kalau aku mencoba 'panen'?" Sosok hitam itu bergumam.
'Tak ada salahnya dicoba' Pikirnya.

Sosok hitam itu melompat dari atas gedung, melesat dengan cepat ke arah jalanan yang penuh lalu lalang. Sosok hitam itu membayangkan sabit besar di tangannya, sesaat setelah sabit itu muncul dalam genggamannya dia mengarahkan ke salah satu mobil mewah yang sedang melaju tepat di hadapannya.

Syaaaaaaaaaaaaaat!!!
Seketika mobil itu oleng dan menabrak kendaraan di depannya. Tak cukup sampai disitu, sosok hitam itu masih lanjut mengayunkan sabit besarnya ke arah mobil-mobil lain di sekitarnya.

Tak dapat dihindari, kecelakaan beruntun pun terjadi di wilayah tersebut. Sosok hitam itu tersenyum, dengan senyum yang sangat mengerikan.

Gesekan dan benturan yang dihasilkan beberapa kendaraan tersebut membuat beberapa mobil terbakar. Bersamaan dengan meluapnya asap dari kecelakaan itu, kristal-kristal jiwa dari korban meninggal melayang bagai kunang-kunang.

Sosok hitam yang tak dapat dilihat mata telanjang itu benar-benar berhasil memanen kristal jiwa, seolah menyatu dengan asap dan udara dia memetik kristal-kristal jiwa bagaikan memetik anggur.

"Huahahahahahahahhahahahahahahahahahahaha...ternyata ini sangat menyenangkan, Aku benar-benar menikmatinya" Meskipun tawanya menggema dengan keras, namun manusia biasa tak dapat mendengar ataupun melihatnya. Rue benar-benar sudah menjadi sang pencabut nyawa!

HUAHAHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHAHAHAHA

=========================oo0oo========================


"Bellim...makananmu sudah siap, kau ambil saja di kamarku" Jenn menyenderkan punggungnya di sofa ruang keluarga. "..jangan lupa bereskan setelahnya"
Black Light - Eps 5


Restrained

Related image


Suasana kelas 2-F hari ini heboh membicarakan tentang peristiwa kematian misterius yang terjadi di wilayah mereka.


"Hei-hei kau lihat berita kemarin? Aku jadi berpikir dua kali, tidak bahkan seratus kali jika ingin keluar rumah sendirian..." Kata salah seorang gadis yang berpenampilan sangat modis di kelas 2-F.


"Benar-benar mengerikan..." Sahut gadis lain yang baru saja masuk kelas.


"Pagi Erika..." Sapa gadis modis yang duduk berkerumun dengan gadis-gadis lainnya itu. "Apa yang terjadi?"


"Kalian sudah lihat berita kemarin? Kematian-kematian aneh di wilayah kita?" Erika meletakkan tasnya.


"Kami juga sedang membicarakannya, benar-benar menakutkan..." Kata gadis berambut pendek di samping Akiko gadis yang selalu tampil modis.


"Apa sebaiknya kita memakai masker kemana-mana agar tidak terkena virus aneh yang membunuh para gelandangan itu?" Kata gadis lainnya.


"Kurasa itu bukan virus penyebabnya, aku yakin itu pembunuhan..." Kata Akiko si gadis modis.


"Kudengar ciri-ciri kematiannya mirip dengan kematian Dert..." Perkataan Erika membuat gadis-gadis lain merinding mendengarnya.


"Pagi semua..." Sapa Ake yang baru saja masuk kelas bersama Jenn.


"Pagi Ake.." Sahut gadis-gadis lain.


"Pagi Jenn..." Akiko tersenyum manis ke arah Jenn.


"Yo...gadis-gadis..." Jenn menghambur di antara kerumunan para murid perempuan yang sedang membicarakan peristiwa kematian yang terjadi di sekitar mereka.




Sementara yang lain tengah asik dengan obrolannya...
Tak seperti biasanya, hari ini Rue masuk kelas bahkan terlalu awal. Dia nampak tertidur di bangku belakang, saat teman-teman sekelasnya heboh bercerita, berteriak dan tertawa. Hal yang sangat Rue benci.


Bahkan saat teman-teman sekelasnya heboh membicarakan peristiwa kematian yang terjadi, seperti biasa Rue tetap tidak pernah peduli dengan apa yang orang-orang bicarakan, sekalipun itu mengenai dirinya.


Sampai akhirnya Lyl datang dan duduk disebelahnya, kerumunan para gadis yang tadinya mengelilingi Jenn itu terpecah menjadi dua, seolah di kelas itu mereka memiliki dua idola. Penggemar Jenn dan penggemar Lyl.


"Hai Lyl, selamat pagi" Sapa salah seorang gadis.


"Pagi.." Jawab Lyl dengan senyum ramahnya.


"Lyl, apakah kau memiliki seseorang yang kau suka di sekolah lamamu?" Tanya gadis lain, di depan Lyl.


"Ih Aubrey pertanyaanmu..." Sahut gadis lainnya. "..tapi aku juga penasaran..."


"Jawab Lyl, jawab..." Gadis-gadis yang berkerumun itu membuat keributan kecil, di dekat Rue yang terbiasa sendirian. Membuat Rue yang memaksakan diri untuk tidur, terganggu dengan suara berisiknya.


Rue mengangkat wajahnya yang semenjak tadi ia rebahkan di meja. Dia bangun dari tempat duduknya.


"Rue, mau kemana?" Tanya Lyl. "maaf mengganggu tidurmu.." Lanjut Lyl dengan ramah.


"Tcih..!" Rue nampak kesal dengan akting Lyl sebagai manusia. Dia berjalan meninggalkan bangkunya sebelum sempat keluar kelas, Clarey Hassel wali kelasnya sudah di ambang pintu. Akhirnya ia kembali ke bangkunya dan merebahkan kepalanya kembali di mejanya.


Bukan tanpa alasan, hari ini Rue berada di kelas dan datang lebih awal. Dia mencoba menghindari nafsu membunuhnya, dia berpikir jika dia berada di kelas, mungkin dia tidak memakan korban hari ini. Dia masih berpikir semua yang ia lakukan bukanlah kemauannya, tapi karena kekuatan yang ia dapatkanlah yang mempengaruhinya.


Sepanjang jam pelajaran Rue terus memikirkan cara untuk meningkatkan kemampuannya, hingga tanpa sadar dia yang dari tadi menyenderkan kepalanya di meja, tertidur.



=========================oo0oo========================






Di tengah kota, di depan gedung pemerintahan terjadi bentrok antara aparat dan demonstran. Hal yang cukup lumrah terjadi di suatu negara. Tampak beberapa korban jiwa antara aparat dan demonstran. Terlihat beberapa reporter yang mengabarkan kejadian tersebut, selain itu beberapa orang juga sibuk mengabadikan moment itu dengan kamera ponselnya. Entah apa yang ada dalam pikiran manusia-manusia itu.


Hal serupa di sudut kota lainnya, bentrokan antar kelompok juga terjadi. Banyak hal yang dapat menjadi pemicu suatu perselisihan, tak jarang berbagai dalih digunakan hanya untuk suatu kepentingannya.


Manusia, tak perlu lagi bantuan setan dan iblis, karena manusia dapat melebihi iblis. Bahkan dalam hal keburukan.


Dalam kegelapan, dibalik sebuah layar besar, semua peristiwa dan kejadian itu di lihat oleh sosok hitam kemerah-merahan dengan dua tanduk di kepalanya, mahluk itu duduk dengan ditemani para pengikutnya.


"Hahahahahahahahhahahahahahahahahahahahahahaha..."

Mahluk-mahluk itu tertawa dengan tontonan di depan mereka.

"Pada dasarnya manusia-manusia itu menyukai kekacauan" Kata mahluk bertanduk yang mengenakan jubah kebesarannya itu, sepertinya dia adalah pemimpin dari mahluk-mahluk bertanduk di sekelilingnya.


"Lihatlah betapa bodohnya mereka sekarang... setelah ribuan tahun mengklaim diri mereka adalah mahluk terbaik di dunia ini...Manusia hanya mahuk bodoh yang tidak dapat mengakui kelemahannya, dan selalu melimpahkan segala kesalahannya kepada kaum kita"


"Tuanku benar, mereka hanya sekumpulan sampah yang hanya menjadi noda di dunia ini" Timpal mahluk bertanduk lainnya.


"Setidaknya manusia-manusia itu dapat memberikan kita tontonan yang menghibur..."


"Tuanku benar"


Hahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahhahahahahahahahahahahahahahahahahaha

Mereka tertawa.

Di satu sudut, dimana para mahluk gelap kemerah-merahan menikmati tontonannya. Sesosok bayangan hitam tanpa tanduk terdiam menatap keriuhan tempat itu. Seolah keberadaannya tidak disadari oleh mahluk-mahluk lain di tempat itu, dia berjalan pelan. Sosok yang bagai bayangan itu terus berjalan diantara kerumunan mahluk-mahluk bertanduk tanpa ada yang memperhatikan langkahnya. Semua mahluk bertanduk itu tetap terfokus pada apa yang mereka lihat.


Perlahan sosok gelap itu melebur dengan udara dan lenyap begitu saja dari keriuhan tempat itu.




=========================oo0oo========================



Usai pelajaran terakhir, para siswa bersiap pulang ke rumah masing-masing.


"Jenn, aku duluan ya..." Ake mengangkat tasnya. "..yuk Erika"


"Eh, aku lupa bawa uang untuk beli keperluan kita, Ake.." Erika menepuk jidatnya. "Aduh, gimana ini?"


"Aku bawa kok, tenang aja..." Ake dan Erika berjalan keluar kelas.


"Ake, maaf ya..." Perlahan suara obrolan Ake dan Erika terdengar semakin jauh.


 
Akiko berdiri di depan Jenn yang hendak meninggalkan kelas "Jenn, hari ini aku bisa minta tolong menemaniku sampai rumah?"


"Ah, maaf Erika tapi aku ada janji dengan sesorang" Jenn menolak.


"Tidakkah kau kasihan seorang gadis pulang sendirian di saat banyak kejadian mengerikan di sekitar sini?" Akiko terdengar agak memaksa.


"Baiklah.. baiklah aku menyerah, aku akan mengantarkanmu" Jenn tersenyum, senyuman penuh kepalsuan. 'Gadis bodoh, bisa saja aku yang membunuhmu' pikirnya.



Rue terbangun, ketika semua murid sudah pergi meninggalkan kelasnya. Dia menatap ke arah luar jendela yang sudah nampak gelap.


"Yo, sahabatku..." Suara itu berasal dari langit-langit kelas.


Sesaat Rue terkejut ketika menatap ke arah suara itu berasal, bukan tidak mengenal suara shinigami yang menanamkan weaps kepadanya tapi kelakuan Lyl yang seperti laba-laba. Dia mengangkat tasnya tidak mempedulikan kelakuan Lyl, dan melangkah keluar kelas begitu saja.


Lyl melayang-layang seperti serangga mengikuti langkah Rue "Setelah beberapa hari mengikutimu aku dapat satu kesimpulan..."


"Apa maksudmu?" Meski tidak tertarik kata-kata Lyl, Rue tetap bertanya sambil terus berjalan keluar dari gedung sekolahnya.


"Ternyata kau sama sekali tidak populer..." Lyl melanjutkan kata-katanya yang sempat terpotong oleh pertanyaan Rue.


"Tcih!" Rue menyesal bertanya, padahal ia tau shinigami yang melayang-layang mengikutinya itu tidak pernah memberikan jawaban serius.


"...dasar manusia transparan"
Black Light - Eps 4


Revealed



"Tuan, apa tidak sebaiknya kekuatan shinigami yang tuan berikan ke manusia itu, tuan tarik kembali?" Dalam ruangan hampa yang gelap Cassius dan Lyl membicarakan kekuatan yang Rue gunakan.


Dengan tenang Lyl menghembuskan asap rokok mendengarkan perkataan Cassius di balik singgasananya.


"Tuan, saya khawatir manusia ini akan menimbulkan banyak masalah pada Treseiront" Cassius tampak serius.


Treseiront adalah dunia para dewa dimana Aerch tertidur di dalamnya. Treseiront mencakup keseluruhan alam semesta dimana manusia masih belum mengetahui ujungnya dan lebih mempercayai alam semesta tak berujung dan tak berdasar.


Sedangkan Aerch adalah esensi yang di percaya keberadaanya oleh para dewa, bisa dikatakan Aerch adalah yang tertinggi dari yang paling tinggi tingkatannya di alam dewa dan alam semesta.


"Hahahahahahahahahahahahahaha...." Lyl tertawa mendengar kekhawatiran Cassius. "...jangan terlalu kaku Cassius, bersenang-senanglah"


"Tuan! Jika para dewa dan bahkan jika sampai Treseiront bergejolak, Lucifer akan memanfaatkannya untuk kembali menyerang Treseiront"


"Lucifer?" Tanya Lyl.


"Iya tuan, mahluk abadi yang pernah memporak-porandakan Terrania dan hampir melenyapkan sebagian dari para dewa yang menjaga Terrania, sebelum akhirnya di kalahkan oleh Atreon ketika mencoba menyerang Treseiront dengan milyaran pasukannya."


"Aku tau Cassius" Lyl memandang Kabut gelap di depannya. "...mahluk berparas cantik yang menyetubuhi Niks (Malam) dan melebur Niks ke dalam dirinya itu"


Tentu saja Cassius tau, Shinigami sekelas Lyl yang sudah hidup lebih lama darinya pasti tau kejadian dimana Treseiront di serang. Namun tak ada salahnya Cassius mengingatkan mahluk yang di panggilnya 'Tuan' itu.


Selama ini para Shinigami memang tidak berpihak pada para dewa atau iblis. Kaum mereka hidup dalam jalannya masing-masing, dan hampir tidak pernah peduli dengan kekuasaan atau tahta.


"Sudah lama sekali, hampir beribu-ribu tahun aku tidak mendengar lagi tentang mahluk bertanduk itu" Lyl menyesap rokoknya dalam-dalam.


"Tuan, bagaimana dengan yang saya katakan tadi?" Cassius kembali mengingatkan tentang Rue "..bagaiman dengan manusia yang tuan berikan kekuatan itu?"


"Apanya yang bagaimana?" Tanya Lyl balik.


"Kemarin manusia itu melepas nafsu membunuhnya tuan, sebelum saya membuatnya tertidur dia sedang membunuh manusia-manusia lain"


"Hahahahahahahahahaha... aku tau" Lyl hanya tertawa.


Cassius masih tak tau apa yang di pikirkan tuannya itu.




"Shinigamiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii....!"




=========================oo0oo========================



"Shinigamiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii....!"


Teriakan Rue terdengar sampai ke ruang hampa dimana Lyl dan Cassius berada. Sejak Lyl memberikan kekuatan Shinigami portal tak kasat mata tercipta antara dunia manusia dan ruang hampa. Portal yang hanya dapat terhubung antara Lyl dan Rue.


"Manusia lancang itu!" Cassius yang ikut mendengarnya geram.


"Santai saja Cassius, manusia yang satu ini memang sangat menarik, sama sekali tidak punya rasa takut, meskipun lemah, keberaniannya menghadapi kematian melebihi para dewa"


"Dia hanya mahluk yang putus asa tuan, banyak manusia putus asa seperti itu" Cassius menekankan.


"Meskipun demikian aura gelapnya membuatku penasaran..." Lyl lenyap dari singgasananya.


Entah dimana portal dunia manusia dan ruang hampa, Lyl sudah berdiri di depan pintu kamar Rue sebelum sempat membukanya Rue sudah menghambur keluar dari kamarnya.


"Sialan! Bagaimana bisa semua yang kulakukan kemarin malam itu benar-benar terjadi?" Rue bertanya dengan sedikit meninggikan suaranya.


"Maksudmu tadi pagi?" Lyl menimpali dengan tenang.


"Apa maksudmu?"


"Sekarang sudah malam, nak" Jawab Lyl "...kau membunuh mereka pagi tadi"


"Lalu? Apa kau yang muncul dengan asap kotormu itu dan membawaku pulang?" tanya Rue.


"Oh, itu Cassius yang membawamu"


"Sebenarnya Cassius itu siapa? Dia Shinigami sama sepertimu? Aku tidak pernah melihat wujudnya"


"Asap yang kemarin membawamu itulah Cassius.." Jawab Lyl.


"Asap?" Rue belum terbiasa dengan hal-hal aneh dari mahluk lain dunia itu. "Lupakan tentang teman konyolmu itu...gara-gara kekuatan bodohmu aku harus berurusan dengan polisi"


"Apa?" Dengan nada mengejek Lyl menunjukan wajah pura-pura kaget. "Huahahahahahahahahhahahahahahah..."


"Shinigami sialan, percuma bicara dengan mahluk bodoh sepertimu" Rue kesal.


Eeegh...!


Dalam sekejap tanpa tanda-tanda kemunculan sebuah kabut gelap mencengkeram leher Rue. "Manusia hati-hati dengan perkataanmu!"


Asap itu berbicara? Pikir Rue tanpa dapat berkata ketika lehernya hampir patah oleh cengkeraman asap tebal.


"Hentikan Cassius, jangan terlalu emosional..." Lyl menegur perbuatan Cassius.


Perlahan asap itu memudar. "Manusia ini tak paham posisinya tuan" Suara di balik kabut itu, yang tak lain adalah Cassius.


"Ugh..uhuk..." Rue terbatuk setelah cengkeraman Cassius terlepas. "Asap brengsek!"


"Polisi tidak mungkin mengetahui perbuatanmu, bocah..." Kata Lyl memandang Rue yang masih mengusap-usap lehernya.


Rue hanya diam memandang Lyl, banyak yang mau dia tanyakan tapi tidak tau apa yang harus di tanyakannya, kejadian-kejadian aneh beberapa hari ini masih belum dapat dia pahami.


"Jika polisi dapat menangkap shinigami yang mencabut nyawa manusia, bukankah lucu sekali? Huahahahahahahahahahahahahahahahahaha..." Lyl melepas tawa seperti biasanya.


"Aku Shinigami?" Kata Rue lirih.


"Kau bukan Shinigami, tapi kau memiliki kekuatan Shinigami dariku" Lyl membisik di telinga Rue.


"Brengsek! jangan seenaknya mendekatkan napas baumu dengan tiba-tiba." Rue menghindar dengan perbuatan Lyl yang selalu membuatnya kaget.


"Tidak bisakah kau buat aku lebih kuat lagi? Agar asap itu tidak menggangguku dengan tiba-tiba seperti tadi?" tanya Rue.


"Hahahahahahahahahhahahahahahahaha... kau manusia yang serakah" kata Lyl. "Hey bocah, kau bisa menggunakan kekuatan yang kau miliki tanpa batasan, itu semua tergantung bagaimana caramu mengembangkannya, aku hanya menanamkan weaps, untuk mengembangkannya itu urusanmu"


"Weaps?" Rue masih asing dengan kata itu, tapi dia dapat menangkap bahwa weaps mungkin semacam bibit kekuatan pikirnya.


"Kau bahkan dapat melampaui Cassius atau melampauiku, itupun jika kau mampu..." Kata Lyl. "Sayangnya dalam sejarah manusia tidak ada yang mampu melampaui dewa meskipun mereka juga di tanam weaps oleh dewa yang menyukainya, dan tidak sedikit yang lenyap karena tak mampu menguasai weaps yang mereka peroleh" Lanjut Lyl menjelaskan.


"Aku tidak cukup bodoh untuk lenyap dengan sia-sia seperti para sampah yang kau katakan" Kata Rue dengan sombongnya.


"Manusia yang menarik, kesombonganmu mengingatkanku pada mahluk itu.."



=========================oo0oo========================



'Aku tak sabar ingin secepatnya bertemu denganmu, sayang'


'Benarkah?'


'Tentu, saja...'


'Aku juga ingin sekali menemuimu sayang'


'Kapan kau ada waktu?'


'Kau serius sayang? Tapi kau tau aku sudah menikah, sedangkan kau masih muda dan tampan, aku takut mempermalukanmu menjalin hubungan denganku...'


'Bukankah asal tidak ada yang tau semuanya akan baik-baik saja?'


'Kau anak nakal... Tapi aku mencintaimu'


'Datanglah besok, aku menunggumu di tempat pertama kita bertemu'


'Coffe Station dekat Stasiun?'


'Yups'


"Manusia bodoh" Jennian melempar ponselnya setelah selesai membalas chat dari seorang perempuan yang terpikat olehnya.


Dia berjalan keluar dari kamarnya yang besar itu mencari mahluk yang selama ini setia mengikutinya. "Bellim..." panggilnya.


"Ya Tuan..." Dalam sekejap Bellim sudah berada di depan tuannya.


"Astaga Bellim, meskipun aku sudah bertahun-tahun hidup denganmu, aku masih belum terbiasa dengan bulu-bulu di tubuhmu, biasakanlah dengan wujud manusiamu" Suruh Jennian.


Seketika Bellim berubah ke wujud manusia.


"Kau sudah makan?" Tanya Jenn.


"Saya hanya makan setelah tuanku..." Jawab Bellim.


"Jangan bersikap seolah rumah ini adalah kerajaan, dan tidak perlu bersikap seperti kau ini budak, jika kau lapar, carilah makanan sesuai dengan seleramu..." Sudah lama sejak mereka meninggalkan bangsanya, Jennian memberikan kebebasan kepada Bellim, namun Bellim bersi-keras setia mengikuti Jennian sebagai Tuannya.


"Baik, Tuan.." Jawab Bellim.


"Tapi ingat, pilih sasaran yang tepat" Jenn menyarankan.


"Baik, Tuan.."


"Untuk sementara kau bisa tahan dulu rasa laparmu, besok makanan kita datang..." Jenn tersenyum sinis di balik taring tajamnya.
Black Light - Eps. 3




First victim


Related image


Keesokan harinya sekolah heboh dengan kematian Haxel Dert. Terlihat beberapa anggota kepolisian sedang mengamankan tempat terbunuhnya Dert. Belakang gedung sekolah yang penuh rongsokan yang sudah tidak terpakai, tempat yang biasanya sepi dan dijadikan tempat bersembunyi anak-anak bandel buat merokok itu kini dipenuhi para siswa yang penasaran dengan kejadian pembunuhan itu.

"Ake, kau kenapa disini?" Jenn menepuk pundak Ake yang terlihat shock saat melihat mayat Dert yang akan dibawa polisi ke mobil ambulance.

"Anak-anak tolong minggir. Kembalilah ke kelas, jangan mengganggu tugas polisi" Salah seorang guru menggiring murid- muridnya masuk kelas. Para muridpun bubar dari kerumunan itu.

Ake dan Jenn pun berjalan menuju kelas.

"Kau tidak apa - apa Ake?" Tanya Jenn melihat sahabatnya itu dari tadi diam setelah melihat tubuh orang mati.

"Uh...ah..aku baik - baik saja Jenn..." Jawab Ake yang tidak tampak baik - baik saja. Entah apa yang ada di pikirannya, Ake terlihat seperti kaget, bingung dan ketakutan.

"Harusnya aku mengawasimu agar tidak mendekati kerumunan..." Jenn merasa khawatir melihat Ake yang tampak shock.

"Aku tidak apa - apa Jenn, kau tau seberapa besar rasa ingin tahuku..." Kata Ake "...ini cuma pertama kalinya aku melihat korban prmbunuhan dan kejadiannya di dekat kita, itu sedikit membuatku khawatir mengetahui ada pembunuh di sekolah kita"

"Selama aku disampingmu akan kupastikan tidak akan terjadi hal buruk padamu" Jenn mengusap rambut Ake, mencoba mencairkan perasaan tegang Ake.

"Kau merusak tatanan rambutku! Kau tau berapa lama aku menyisirnya?!" Ake meninggikan nada suaranya, kesal rambutnya di acak - acak Jenn.

Jenn tertawa dan makin mengacak - acak rambut Ake. "Hahahaha...wajahmu lucu sekali saat kesal" Jenn mencubit kedua pipi Ake dan lari menghindar ketika Ake mencoba menendangnya.

"Aku bukan anak kecil lagi berhentilah mempermainkanku!" Wajah Ake memerah karena kesal.

Meskipun seperti itu, Ake selalu tau sahabatnya dari sejak masuk SMP itu sangat peduli padanya.



*************************************************************


"Jennian Ludrick..."

Jenn berhenti saat melewati Lyl yang di kerumuni anak - anak perempuan di meja depan. "Anak baru kau memanggil namaku?" Sahut Jenn.

"Ah, ya... Hai" Kata Lyl

"Hmm..." Jenn berjalan ke bangkunya.

"Senang sekelas denganmu..." Lyl tersenyum. Jenn merasa ada sesuatu dibalik senyuman itu yang membuatnya tidak nyaman.

"Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaa... Lyl kau manis sekali..."

"...selain tampan kau juga ramah"

"Hey, bukankah bagus kalau Lyl dan Jenn akrab? Dua cowok ganteng di kelas kita"

"Lyl lebih manis..."

"Jenn juga sangat mempesona"

Kyaaaaaaaaa

Anak - anak perempuan yang mengerumuni Lyl histeris dengan khayalannya. Kehadiran Lyl seolah melenyapkan pembicaraan tentang peristiwa pembunuhan di sekolah itu.

"Sebentar lagi Mr. Claire datang aku kembali ke bangkuku dulu ya..." Lyl beranjak dari tempat dia di kerumuni.

"Padahal kami masih ingin berlama - lama ngobrol denganmu"

"...Eh, siapa Mr. Claire?"

"Wali kelas kita kan?" Jawab Lyl.

"Oh maksudmu, Pak Clarey..." Kata seorang gadis yang sedari tadi setia dalam kerumunan di depan Lyl.

"Kuharap Mr. Claire tak datang hari ini" Sahut gadis lain.

"Mr. Claire ya? Lumayan juga panggilan Lyl ke wali kelas kita..." Gadis lain menimpali.

Obrolan para murid perempuan masih berlanjut sampai wali kelas masuk.



*************************************************************

Di sebuah lorong antara bangunan-bangunan tinggi yang menjulang ke langit, nampak sosok hitam tengah terduduk di atas tumpukan sampah. Bukan! bukan sampah melainkan manusia dengan pakaian compang-camping.

"Berterima kasihlah, ku akhiri penderitaanmu di dunia ini, manusia tidak berguna." Ucap sosok hitam itu, yang tak lain adalah Rue.

Sejak dia merasakan kenikmatan membunuh korban pertamanya, seolah rasa lapar menggerogoti dirinya. Dalam beberapa jam sudah lebih dari sepuluh orang menjadi korbannya.

Sesaat setelah membunuh korban terakhirnya, perlahan kabut hitam memenuhi lorong itu.

Rue, beranjak dari atas tubuh korbannya, berdiri melihat sekelilingnya. Kabut itu semakin pekat dan tebal.

Kabut pekat itu seakan menyelimuti tubuh Rue, benar saja kabut itu memang tergulung di tubuh Rue.

Masih tak paham apa yang terjadi, Rue mencoba melepas lilitan kabut yang mulai menebal itu.

"Sialan mahluk apa ini?" Rue tampak kebingungan. "Asap sialan, kenapa bisa sekuat ini?"

Semakin lama kabut itu semakin kuat, tubuh Rue seakan tergenggam oleh tangan besar yang sangat kuat.

Rue mencoba melawan dengan kekuatan yang dimilikinya, namun sekuat apapun Rue mencoba, kabut itu lebih kuat menggenggam tubuhnya.

Hingga akhirnya Rue lemas dan tergulung oleh kabut itu.

Sosok hitam Rue dan kabut itu lenyap begitu saja.


*************************************************************


"Yo...anak muda" Sapa Lyl dengan sosok aslinya.

Rue terbangun dari tidurnya dengan peluh membasahi keningnya. "Aku bermimpi...buruk sekali..." katanya.

"Mimpi?" Lyl menatap manusia berdarah dingin di depannya itu.

"Ya, aku membunuh beberapa orang dalam mimpiku, dan rasanya..." Rue ragu melanjutkan kata-katanya.

"Menyenangkan?" Tanya Lyl dalam wujudnya yang hitam besar dengan wajah pucat dan mata merahnya itu.

Rue menghela napas, seakan mengiyakan perkataan Lyl.

"Itulah sebenarnya dirimu, di dunia manusia di sebut psycho kan?" kata Lyl.

"Kau!" Rue mengepalkan tinjunya "...ini semua pasti karena kekuatan bodoh yang kau tanam di tubuhku shinigami sialan!" Dia tak mau mengakui dirinya psycho.

"Ini semua tak ada hubungannya dengan kekuatan yang ku berikan padamu, sudahlah akui saja semua ini memang keinginanmu sendiri." kata Lyl "...coba kau ingat berapa lama kau muak dengan manusia-manusia lain di sekitarmu? Sebelum kekuatan yang kau miliki itu, kau sudah berpikir semua manusia hanya seonggok sampah di matamu."

Rue terdiam, dia sadar bahwa sebenarnya dia tidak pernah menyukai orang-orang di sekitarnya bahkan hampir membenci semua orang. Sebelum memiliki kekuatan dari shinigami, dia hanyalah bocah yang lemah dan pesimis. Hanya saja saat Lyl mengatakan dia Psycho, sifat manusianya masih belum menerima disebut psycho.

"Aku bukan psycho, sialan!" Teriaknya.

"Hahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahaha...." Tawa Lyl menggelegar memenuhi kamar Rue. "Kau naif sekali...meskipun memiliki aura gelap pekat perasaan manusiamu benar-benar masih ada"

"Apa maksudmu, bicara yang jelas!" Bentak Rue.

"Rue Caist de Grimpson, Psycho atau apapun itu... itu hanya sebuah kata, hanya sebutan. Bagi kami yang hidup jauh di atas kalian para manusia perasaan atau sifat kalian itu tak ada artinya sama sekali. Pada akhirnya kalian hanya makanan bagi kami, sama seperti babi, ayam, ikan dan binatang-binatang yang kalian makan. Manusia hanya ternak."

"Jadi kau anggap kami para manusia hanya hewan ternak bagi kalian?" Rue agak kesal.

"Tak perlu sekesal itu bocah. Kalian para manusia juga melakukan hal yang sama pada mahluk di bawah kalian. Manusia selalu menganggap merekalah mahluk tertinggi di alam semesta tanpa pernah menyadari takdir yang sesungguhnya. Seperti ribuan ikan dalam kolam besar yang memangsa sesama spesiesnya untuk bertahan hidup dan menjadi yang terkuat diantaranya, tanpa pernah berpikir, sekuat apapun dia pada akhirnya akan berakhir di penggorengan dan di hidangkan. Seperti itulah manusia."

Rue hanya diam dan nampak menerima takdirnya sebagai manusia, manusia yang hanya hewan ternak, hanya makanan bagi para dewa.

"Hey...nak, tak perlu terlalu di pikirkan." Lyl merubah wujudnya seperti manusia dan menepuk pundak Rue.

"Seperti yang kau katakan, pada akhirnya aku hanya makanan bagi kalian." Rue menunduk lemah. "Kenapa tidak kau makan saja aku sekarang?"

"Kau benar-benar manusia naif Rue, tidak semua manusia mempunyai kristal jiwa yang kami butuhkan. Kami tidak seperti manusia yang hanya makan daging ternaknya, tidak semudah itu, lebih rumit..." Lyl terdiam sejenak. "...dan kurasa tak perlu kujelaskan pada manusia sepertimu."

"Aku tak paham sama sekali" Rue menatap Lyl. "Jadi sebenarnya apa tujuanmu memberikanku kekuatan shinigami? Agar aku menjadi target makananmu yang kau inginkan?"

"Hahahahahahahahahahahahaha..." Lyl kembali tertawa. "Aku tidak ada niat menjadikanmu makanan bocah." Dia menjilat leher Rue. "...lebih tepatnya, belum... Haahahahahahahaha"

"Shinigami sialan!"

"Beruntunglah kau memiliki aura gelap pekat, belum pernah ada satupun manusia yang memilikinya sebelum ini" Lyl kembali duduk di kursi depan Rue.

"Apa sebenarnya tujuanmu dengan aura yang kumiliki?" Rue masih penasaran tujuan sebenarnya dari shinigami memberikan kekuatan padanya.

"Aku hanya ingin bersenang-senang untuk saat ini..." Lyl berjalan keluar kamar. "...sampai kau akan tau tujuanku yang sebenarnya nanti." Lyl melanjutkan kata-katanya dengan pelan, sebelum dia menutup pintu kamar, namun Rue masih mendengarnya cukup jelas.

Rue tak mau ambil pusing dengan apa yang baru saja Lyl katakan, dia kembali merebahkan dirinya, mengambil remote TV di sebelah bantalnya dan menekan tombol on.

'...kematian beberapa gelandangan yang di temukan di beberapa lorong berbeda, masih belum dapat diketahui penyebabnya. Polisi belum dapat memastikan apakah kematian tersebut adalah pembunuhan atau karena suatu virus, kematian-kematian yang aneh itu membuat pihak penyidik kebingungan. Hingga kini kejadian kematian beberapa gelandangan yang memiliki ciri kematian yang sama masih dalam penyelidikan pihak yang berwajib.'

"Shinigamiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii....!"